Untuk
mensejajarkan diri dengan perusahaan-perusahaan penyedia listrik
tingkat dunia, PT PLN (persero) mengimplementasikan Enterprise Resource
Planning (ERP), sistem yang mengintegrasikan seluruh elemen-elemen pada
perusahaan termasuk unit-unit bisnis yang diakomodasikan oleh IT.
Penerapan ERP ini diharapkan akan meningkatkan kompetensi perusahaan dan
secara otomatis akan meningkatkan pelayanan. Penerapan ERP ini akan
mengintegrasikan seluruh kantor PLN baik pusat maupun daerah secara
on-line, dan seluruh kantor PLN tersebut akan terstandarisasi.
Dengan penerapan ERP di lingkungan perusahaan, maka setiap pegawai
diharuskan untuk beradaptasi dengan perubahan sistem yang terjadi.
Pengimplementasian ERP jelas akan merubah pola kerja suatu perusahaan
Strategi Bisnis PT PLN (persero)
Ide penerapan ERP di PT PLN (persero) telah direncanakan dengan sangat
matang seperti dikemukakan oleh Direktur Strategi Teknologi Informasi
PT. PLN (persero) , "penerapan ERP dan rencana kerja PLN sejalan dan
telah tertuang di dalam sinkronisasi IT master plan dan strategi bisnis
PLN"
ERP merupakan satu
kesatuan dengan Strategi Utama PLN dalam membenahi operasional
perusahaan secara keseluruhan. Penerapan ERP saat ini masih bersifat
Pilot Project dan baru dilaksanakan
di
empat unit yaitu: Kantor pusat PLN di jakarka, Kantor Distribusi Bali,
kantor distribusi Jakarta Raya dan Tangerang, dan P3B Jawa Bali.
"Go-Live" ERP tahap I di PT PLN (persero) dilakukan pada tanggal 29
Desember 2005, terutama diterapkan modul-modul untuk menunjang bisnis
proses di bagian Sumber Daya Manusia(SDM) seperti manajemen organisasi,
administrasi kepegawaian, penggajian dan waktu kerja karyawan.
Penerapan ERP akan
mendahulukan kantor yang telah menerapkan sistem pelayanan pelanggan
terlebih dahulu, karena PLN sangat concern atas pelayanan pelanggan.
jadi, integrasi antar sistem ini akan dilakukan lebih dulu di Jawa
Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur, karena di daerah-dareah tersebut yang
paling siap akan penerpan integrasi antar sistem tersebut.
Dukungan dari SDM
Kesulitan yang paling besar dari penerapan ERP adalah "People."
Sesempurna apapun rancangan dan penerapan ERP, tidak akan berguna
apabila tidak didukung oleh seluruh pegawai. Dibutuhkan kemauan yang
besar dari seluruh pegawai untuk beradaptasi dengan perubahan sistem
yang selama ini telah berjalan.menurut ketua tim Change Management
Proyek Implementasi ERP, Rully Fasri, kendala terbesar dalam menerapkan
ERP adalah merubah pola pikir yang selama ini terbentuk dari seluruh
karyawan untuk menerima sebuah perubahan. Tanpa adanya pola pikir yang
baru, menurut Rully, ERP tidak akan memberikan manfaat bagi perusahaan.
pengimplementasian ERP
IT Master Plan PLN dibuat pada tahun 2004, bentuk riil PLN dari rencana
tersebut adalah mengembangkan IT secara bertahap ditubuh PLN, seperti
membangun sistem informasi secara on-line menghubungkan kantor pusat dan
kantor cabang yang centralized serta membangun sistem jaringan yang
handal untuk mendukung pembangunan Sistem tersebut.
Pada tahap awal penerapan ERP, PLN menerapkan di tiga bidang yaitu:
divisi keuangan, divisi logistik dan divisi sumberdaya manusia. Ujicoba
Pilot project dilakukan di kantor PLN distribusi Jakarta Raya &
Tangerang, distribusi Bali, dan kantor Penyaluran dan Pusat Pengaturan
Beban Jawa-Bali.
Dengan pertimbangan khusus, PLN memilih SAP sebagai paket perangkat
lunak ERP, dan bekerja sama dengan Accenture sebagai perusahaan
konsultan penerapan ERP. Bisnis Proses PLN yang sangat spesifik dan
berbeda dari perusahaan listrik di dunia yang lain, maka beberapa modul
pada sistem ERP perlu di sesuaikan dengan kebutuhan dari PLN itu
sendiri.
Tim pembentuk ERP di PLN
PLN membentuk Tim
Imbangan Pilot ERP yang terdiri dari orang-orang yang ahli di bidangnya
terutama pada bisnis proses di PLN dan kultur budaya kerjanya. Mereka
dituntut untuk bekerja keras dalam melakukan perbahan serta menyediakan
waktu untuk melaksanakan proyek tersebut diluar waktu sebagai
karyawan.Tim Imbangan ini bertanggung jawab langsung kepada Direksi PLN
via Direktur keuangan dan direktur niaga dan pelayanan pelanggan.
Tugas Utama dari Tim Imbangan ini adalah menyukseskan pelaksanaan
penerapan ERP di PLN pusat beserta ujicoba pilot project di 3 kantor PLN
yang telah disebutkan diatas, dan mempersiapkan kebutuhan akan
pengembangan lanjutan yaitu integrasi antar sistem.
Tim ini terdiri atas 2 tim
1. tim Sentral, beroperasi di kantor pusat, beranggotakan atas wakil dari PLN pusat dan unit pilot.
2. Tim Roll-Out, merupakan representasi dari Tim Sentral, yang
beranggotakan atas wakil-wakil dari unit PLN yang bekerja di lokasinya
masing-masing.
Go-Live Sistem
ada 3 tahap perencanaan "Go-Live" sistem di PLN
1.tanggal 29 Des 2005, tahap menerapkan sebagian fungsi di bagian unit
bisnis SDM seperti seperti penggajian, administrasi, manajemen
organisasi, dan manajemen waktu di kantor pusat PLN, PLN distribusi
Jakarta Raya & tangerang, bali dan P3B Jawa-Bali.
2.tanggal 1 april 2006, tahap menerapkan fungsi logistik dan keuangan di PLN pusat dan PLN distribusi Bali.
3.tanggal 1 juli 2006, tahap menerapkan fungsi logistik, keuangan dan
SDM di PLN distribusi Jakarta Raya & Tangerang dan P3B Jawa-Bali.
Perubahan Utama pada penerapan ERP di PLN
penerapan ERP di PLN sedikit-banyak telah merubah proses bisnis PLN
secara keseluruhan terutama di bidang SDM disetiap unit pilot project
PLN.
Perubahan tersebut adalah seperti berikut:
> Manajemen Organisasi:
- struktur organisasi dan perinciannya dikelola pada suatu sistem.
- perubahan organisasi harus disetujui dan dikoordinasikan oleh kantor pusat PLN
- jabatan dalam organisasi akan dikelompokkan berdasarkan kesamaan tugas dari jabatan-jabatan di perusahaan.
> Administrasi pegawai
- tanggal pada surat penggajian harus konsisten
- pengelolaan informasi keluhan dan kedisiplinan pegawai dapat dilakukan di dalam sistem
- perpindahan pegawai dapat dimonitor di dalam sistem
> Administrasi Waktu Kerja
- Manajemen data berkaitan dengan waktu kerja pegawai termasuk waktu
lembur dan lain sebagainya dilakukan tersentralisasi didalam sistem
> Penggajian
- proses penggajian akan dipusatkan di kantor pusat tiap unit
- data tentang administrasi penggajian di kerjakan di kantor unit bersangkutan
- data tentang penggajian harus diintegrasikan dengan bagian keuangan,
agar memudahkan bagian pembukuan untuk mencatat penggajian
ERP dan Strategi Bisnis PLN)
Untuk mendukung Strategi Bisnis PLN, maka diperlukan solusi ERP yang akan diimplementasikan ke seluruh unit PLN. Hal
ini sesuai dengan Perencanaan IT Master Plan PLN (ITMP) dimana ERP
merupakan salah satu alat untuk melakukan transformasi PLN menjadi
perusahaan listrik kelas dunia yang cost competitive.
Implementasi SAP ERP di PLN
Beberapa hal yang menjadi alasan implementasi SAP ERP di PT. PLN (Persero) antara lain :
- PT. PLN (Persero) membutuhkan standarisasi proses bisnis melalui sistem “back office” yang terpadu (integrated system)
- Untuk mengadopsi Utility Best Practices
- PT.
PLN (Persero) Mendapatkan pengoperasian dan mekanisme pengawasan
dan pengendalian proses bisnis yang lebih baik dengan adanya sistem
“back office” yang standard
- Untuk memperoleh akses informasi dari unit-unit bisnis terkait secara real time
Saat ini Implementasi SAP ERP di PT. PLN (Persero) sudah meliputi Kantor Pusat,P3B Jawa Bali,Distribusi Bali, Distribusi Jakarta Raya & Tangerang, Distribusi Jawa Tengah & DI Yogyakarta, Distribusi Jawa Timur, dan Distribusi Jawa Barat & Banten.
Roll Out ERP
Historical and Plan :
Awalnya SAP diimplementasikan di PT. PLN (Persero) Kantor Pusat,
Distribusi Jakarta Raya & Tangerang, P3B Jawa Bali, dan Distribusi
Bali sebagai pilot project.Proyek ini pun berlanjut pada tahun 2007-2008
dengan me-roll out SAP se Jawa Bali dengan implementasi pada Distribusi
Jawa Barat & Banten, Distribusi Jawa Tengah & DI Yogyakarta,
dan Distribusi Jawa Timur.
Untuk
ke depannya, PT. PLN (Persero) menjadwalkan roll-out Sumatera dan
Sulawesi pada 2010-2013 dan roll-out Kalimantan dan Indonesia Timur pada
tahun 2013-2015
1.2.Penerapan ERP Pada Perusahaan (Gagal)
a. Penerapan Pada FoxMeyer
Fox
Meyer Drug (FMD) adalah salah satu perusahaan farmasi terbesar di dunia
yang mengalami kebangkrutan pada tahun 1996.Salah satu penyebab
kebangkrutan FMD adalah karena sebuah kesalahan implementasi pada system
enterprise resource planning (ERP) yang mereka punya.FMD memilih
SAP R/3 sebagai aplikasi ERP mereka.Pada bulan September 1993, FMD
menandatangani kontrak dengan konsultan SAP yaitu Andersen Consulting
(Accenture), untuk mengimplementasikan SAP pada proses bisnis mereka.
Proyek ini meliputi Supply Chain, Inventory Control, Customer Service,
Strategic Planning, Information Systems, Pengiriman, dan Handling.
Karena
kompetisi yang ketat, FMD membutuhkan solusi bisnis yang mampu
mengakomodasi segala macam kebutuhan bisnisnya. Dengan solusi ini juga
diharapkan perusahaan akan mampu mengelola pesanan, persediaan, dan
aktivitas penjualan di dalam satu streamline operation serta menyediakan
distribusi yang efektif dan efisien dari resep obat yang merupakan
sebuah komponen penting di dalam sebuah industry farmasi.
Keselarasan antara IS, People, dan Business Process
Hal-hal yang menjadi penyebab kegagalan di dalam implementasi ERP ini adalah tidak adanya keterlibatan dari pengguna akhir atau end user.Perencanaan tentang pengimplementasian hanya dilakukan oleh manajemen tingkat atas (upper management) dari FMD, Andersen Consulting, serta orang-orang teknis yang berkepentingan lainnya.Orang-orang yang menjadi end user tidak dilibatkan sehingga terjadi gap yang besar antara pengguna dengan perencana sistem.Kurangnya kerjasama diantara end user juga menjadi salah satu penyebab lainnya.Tidak ada pelatihan khusus untuk para pengguna SAP di FMD.
Metode Pengembangan Sistem
Pendekatan
implementasi yang digunakan oleh FMD adalah pendekatan bertahap.Pada
musim panas tahun 1994, FMD melakukan kontrak dengan Andersen untuk
menambah aplikasi pada 6 gudang baru.FMD dan Andersen berencana untuk
mengimplementasikan aplikasi pada gudang tersebut untuk January dan
February 1995.Salah satu keuntungan yang didapat dari pengembangan
sistem secara bertahap ini adalah perusahaan dapat dengan cepat
mengidentifikasi jika ada suatu kesalahan pada sistem.Tetapi yang
terjadi pada FMD adalah kesalahan itu sudah tidak dapat lagi
ditanggulangi karena sudah terlanjur banyak terjadi kesalahan yang
mengakibatkan perusahaan rugi sekitar US$ 100 juta.
Pemanfaatan Project Management
Project team
yang ada tidak dapat bekerja dengan optimal karena tidak adanya
komunikasi antara pihak manajemen, tim proyek, dengan pengguna akhir.
Hal pertama yang menyebabkanproject team
tidak bekerja maksimal adalah kesalahan dalam memilih jenis software.
SAP R/3 didesain untuk perusahaan manufaktur, bukan untuk perusahaan wholesalers terutama yang membutuhkan banyak transaksi dalam proses bisnisnya. Hal lain dari kegagalan project team ini adalah tidak adanya restrukturisasi proses bisnis yang dikerjakan (change management).
SAP tidak terintegrasi karena ketidakmampuan dari FMD untuk
merestrukturisasi proses bisnis yang mereka jalankan dengan adanya SAP.
Keselarasan antara Company Direction dengan IS Direction
Perusahaan
menginginkan solusi yang tepat yang bisa membantu untuk membuat rantai
keputusan yang rumit dan meningkatkan penekanan cost. Berdasarkan
analisis pada aktivitas Supply Chain, ERP akan memberikan solusi terbaik
pada FMD untuk menyediakan informasi yang up-to-date, otomatis, dan
mampu untuk mengintegrasikan sistem persediaan barang (inventory).
Idealnya adalah perusahaan mampu untuk mengelola pesanan, persediaan,
dan aktivitas penjualan ke dalam satu sistem serta menyediakan
distribusi yang efektif dan efisien. Kenyataan yang terjadi adalah
aplikasi SAP R/3 tidak mampu untuk mengakomodir semua yang menjadi
tuntutan dari proses bisnis FMD karena aplikasi SAP R/3 hanya cocok
untuk perusahaan murni manufaktur, bukan perusahaan yang juga bertindak
sebagai wholesalers dimana banyak terjadi transaksi disana.
Tantangan yang Dihadapi Oleh Pengelola IS
Ekspektasi
yang tinggi dihadapi oleh para manajer bisnis di FMD sehingga
penggunaan SAP R/3 (yang pada masa itu merupakan suatu software yang
paling populer) menjadi sedikit dipaksakan. Seiring dengan kebutuhan
bisnis yang semakin meningkat, ada semacam keterpaksaan bagi pihak
pengembang IS untuk mengimplementasikan SAP R/3 di FMD yang tidak
terencana dengan baik. Seharusnya sebelum pengimplementasian dilakukan
semacam blueprint bagi rencana yang nantinya akan dilaksanakan.
Kesimpulan
Keputusan
yang dilakukan oleh Fox Meyer Drug untuk mengimplementasikan SAP R/3
perlu dikaji ulang agar segala sesuatunya dapat berjalan dengan lancar
dan sesuai dengan kebutuhan bisnisnya.Perusahaan perlu untuk melibatkan end user secara lebih mendalam karena perusahaan tidak boleh melupakan B2E atau business to employment.People
perlu dikelola untuk dapat mengerti IS. Perencanaan yang baik akan
menghindari perusahaan dari sebuah kegagalan implementasi sistem
informas.
b. PERUSAHAAN PT. XYZ
PT.
XYZ (nama disamarkan) merupakan perusahaan lokal yang bergerak di
bidang manufaktur kosmetik seperti perfume, body care, hair care
products dan lain-lain. Perusahaan dimulai sebagai home industry yang
kemudian berkembang dengan cepat dan sekarang telah menjadi salah satu
perusahaan kosmetik terkemuka di Indonesia.
Head Office perusahaan berada di Jakarta dan saat ini telah mempunyai 5
cabang di daerah-daerah yaitu Bandung, Medan, Lampung, Surabaya dan
Makasar. Pada saat ini PT. XYZ tidak hanya bergerak di pasar lokal,
tetapi jugasudah bergerak di pasar internasional dengan mengeskpor
produk-produknya ke luar negeri seperti Malaysia, India, Saudi Arabia,
China dan negara-negara lainnya.
Permasalahan
Seiring dengan pertumbuhan pesat dari perusahaan maka pihak manajemen
menyadari akan adanya kebutuhan suatu Sistem Informasi yang tepat untuk
mendukung proses-proses bisnis di dalam perusahaan. Sebelum
mengimplementasikan SAP Business One, PT. XYZ menggunakan sistem yang
dikembangkan secara in-house, dimana dengan sistem tersebut perusahaan
kesulitan untuk mengelola resource dan mendapatkan informasi yang akurat
dan tepat waktu.
Berikut merupakan beberapa masalah yang dihadapi oleh PT. XYZ dengan
menggunakan infrastruktur Teknologi Informasi yang lama yaitu:
1. Pada umumn ya setiap kota atau divisi mempunyai program yang
berbeda-beda dengan database yang berbeda-beda pula. Hal ini menyebabkan
pengumpulan data untuk pembuatan laporan menjadi sulit dan memakan
waktu yang lama.
2. Untuk stock barang sendiri memang masih menggunakan sistem manual
(paper). Sehingga perlu melakukan pengecekan secara manual (ke orang
gudang) pada saat akan menjual barang. Hal ini tentu sangat tidak
efisien.
3. Laporan keuangan dari cabang sering sekali tidak sesuai dengan jumlah
yang telah diterima. Kesalahan ini sangat sulit untuk dilacak dan
tentunya memakan waktu dan effort yang tidak sedikit (program error,
human error, fraud dan lain-lain).
4. Pertumbuhan bisnis yang cepat dari perusahaan membuat infrastruktur
yang lama menjadi lambat dikarenakan jumlah transaksi yang terus
bertambah setiap harinya. Selain itu dibutuhkan sistem yang dapat
mendukung transaksi ekspor dan impor (perbedaan kurs)
5. Adanya kebutuhan dari pihak manajemen untuk mengakses data dan
laporan secara real-time terutama untuk di cabang-cabang, sehingga
diputuskan untuk menggunakan suatu sistem yang dapat mengintegrasikan
seluruh perusahaan dan dapat diakses dari manapun dan kapan saja.
Solusi Teknologi Informasi
Pada awal tahun 2008, PT. XYZ mulai mencari solusi baru dan mulai
melakukan evaluasi terhadap tiga vendor yang berbeda. Pencarian terhadap
sistem baru berlangsung selama kurang lebih ½ tahun, dan pada akhirnya
PT. XYZ memutuskan untuk menggunakan ERP SAP Business One dengan
beberapa pertimbangan:
1. Dilihat dari segi kebutuhan perusahaan saat ini, SAP Business One
merupakan solusi ERP yang tepat, tidak terlalu kecil ataupun terlalu
besar.
2. Dari pertimbangan harga implementasi, SAP Business One juga lebih
murah dibanding dengan ERP yang lain. Meskipun lebih murah bukan berarti
perusahaan hemat atau pelit dalam melakukan investasi. Hanya saja
fungsi-fungsi yang ada pada SAP Business One dinilai sudah cukup untuk
mendukung proses bisnis di perusahaan saat ini.
3. Waktu implementasi yang tidak terlalu lama dikarenakan resources dan
configuration yang dibutuhkan saat implementasi tidak banyak.
4. SAP Business One juga memiliki interface yang user friendly.
Implementasi SAP Business One ini nantinya akan dilakukan oleh salah
satu perusahaan IT Solution ternama di Indonesia (nama disamarkan),
PT.CDE dalam kurun waktu 3 bulan.
Selain mengimplementasikan ERP SAP Business One, PT. XYZ juga
mengimplementasikan Citrix yang berfungsi sebagai penghubung user-user
di cabang ke pusat dan Cisco ASA 5505 Firewall untuk menjamin security
di perusahaan. Namun pada pembahasan kali ini hanya akan membahas
mengenai implementasi ERP SAP Business One.
Implementation Scope
PT.XYZ sendiri tidak akan mengimplementasikan seluruh modul yang ada
pada SAP Business One dikarenakan target implementasi dari perusahaan
belum mencapai ke sana. Selain itu mengimplementasikan seluruh modul
yang ada akan memakan waktu dan resource yang lebih besar. Modul-modul
yang akan diimplementasikan adalah lebih yang berhubungan dengan
kegiatan operasional, manajemen yang lebih baik dan belum ke arah
strategi. Adapun scope implementasi dari proyek SAP Business One ini
adalah:
Table 2. Implementation Scope By Module
Selain melakukan integrasi terhadap divisi-divisi bisnis di dalam
perusahaan, implementasi ini juga bertujuan untuk menghubungkan
cabang-cabang perusahaan di luar Jakarta.
Gambar berikut menunjukkan proses-proses bisnis yang ada di perusahaan
dan keseluruhan proses bisnis ini akan diintegrasikan menggunakan SAP
Business One.
Project Organization, Roles and Responsibilities
Untuk menyelesaikan proyek dengan tepat waktu dan sasaran tentu
diperlukan penyusunan dan pemilihan anggota team yang baik.Setiap
anggota team memiliki tanggung jawab dan peran masing-masing yang perlu
dijalankan supaya proyek dapat berjalan dengan baik.
Steering Committee:
- Untuk menyediakan informasi atau mengambil keputusan mengenai hal-hal
yang berkaitan dengan policy, issue, scope dan perencanaan dari proyek.
- Biasanya mengadakan pertemuan setiap 2 minggu sekali ataupun upon request
Quality Assurance:
- Bertanggung jawab untuk mengevaluasi proyek SAP untuk ke depannya.
- Me-monitor progress dari proyek, dan membandingkannya dengan
perencanaan, apakah proyek sudah on target atau belum (mengadakan
pertemuan setiap minggu)
- Memberikan arahan dan masukan kepada user-user yang terlibat baik mengenai SAP solution, integrasi ataupun bisnis proses
- Harus available pada saat critical phase of implementation.
- Menjamin kualitas proyek dan mendokumentasinya pada approval process
Project Manager:
- Bertanggung jawab untuk keberhasilan proyek dan mengkomunikasan detail-detail dari proyek ke team proyek
- Melakukan monitor terhadap progress dan memeriksa apakah koordinasi
yang dibutuhkan antara team proyek dengan user-user telah terpenuhi.
- Project Manager XYZ bertanggung jawab untuk komunikasi internal secara
formal di dalam perusahaan mengenai implementasi proyek.
- Project Manager PT. CDE akan memberikan dukungan dan metodologi berkaitan dengan issue functional dan hasil yang akan dicapai.
- Memberitahukan status progress dan laporan mengenai implementasi ke seluruh anggota proyek
PT. CDE Consultant:
- Mengidentifikasi, klarifikasi proses-proses bisnis yang ada dan issue-issue pada saat implementasi
- Membuat dan melakukan develop prosedur-prosedur untuk SAP.
- Melakukan kustomisasi dan konfigurasi dari SAP
- Melakukan design untuk report dan form
- Melakukan testing untuk perencanaan integrasi dari SAP
- Memberikan training-training kepada user
- Terus memberikan support kepada user dan Team SAP XYZ after go live.
XYZ Business Division:
• Memberitahukan konsep bisnis dan memberitahukan kepada team SAP. Melakukan integrasi dan interaksi antara workgroups:
o The Finance & Accounting workgroup
o The Sales & Marketing workgroup
o The Purchasing, Logistic & Production workgroup
o The IT workgroup
- Pertemuan diadakan setiap minggu untuk meyakinkan bahwa semua keputusan yang dibuat telah memenuhi tujuan i dari implementasi
- Melakukan pengembangan terhadap detail-detail dari perencanaan kerja implementasi
- Melakukan review terhadap kualitas dan melakukan monitoring terhadap work-group
Implementation Methodology
Tentunya diperlukan suatu metodologi dan perencanaan yang matang supaya
proyek dapat berjalan on time, on budget dan on requirements. Berikut
merupakan metodologi yang digunakan:
Proses implementasi SAP Business One ini sendiri terdiri dari 5 fase
seperti yang dapat dilihat pada gambar di atas. Adapun kegiatan-kegiatan
dan hasil yang ditargetkan pada setiap fase adalah sebagai berikut:
Proses implementasi akan memakan waktu 3 bulan dan mulai kick off pada tanggal 1 Juli 2008.
- Project Preparation dan Business Blueprint memakan waktu 3 minggu.
- Tahap Realization Phase memakan waktu 4 minggu
- Kemudian Final preparation memakan waktu 3 minggu, dan mulai go live pada tanggal 21 September 2008.
- Pada tahap terakhir yaitu Post Go Live Support, akan berlangsung
selama 2 minggu. Setelah tahap ini berakhir team SAP PT. XYZ akan
menggantikan pihak PT. CDE untuk memberikan support kepada user-user.
Selain itu tentu
diperlukan proses transfer of knowledge yang baik dari pihak consultant
ke user, supaya user-user dapat menggunakan sistem ini dengan baik dan
maksimal. Proses transfer dimulai saat implementasi memasuki phase ke 2,
yaitu tahap pembuatan business blue print. Sesuai dengan gambar di
atas, pengetahuan user akan terus bertambah seiring dengan waktu dan
tahap implementasi itu sendiri. Dan ketika proyek mendekati closing date
akan dilakukan training dan User Acceptance Test untuk membuktikan
kalau user memang sudah bisa menggunakan sistem dengan baik. Selain itu
user-user juga diberikan manual dan dokumentasi. Tentunya dibutuhkan
komunikasi yang baik dan lancar antara pihak consultant dengan user agar
proses ini dapat berjalan dengan baik.
Critical Success Factors
Berikut merupakan kunci keberhasilan dalam implementasi ERP di PT. XYZ:
1. Management Commitment
Keseriusan manajemen dalam penerapan sistem ERP sangat penting. Pihak
manajemen selalu memberikan support, baik dari keterlibatan pada saat
proyek, melakukan investasi yang diperlukan dan merubah
kebijakan-kebijakan lama.
2. Project Manager, Key Users & Implementers Time Commitment
Tingginya komitmen untuk mencapai target dengan tepat waktu baik dari pihak PT. CDE maupun PT. XYZ
3. Change Management Communication
Mengkomunikasikan perubahan-perubahan yang ada kepada pihak-pihak yang bersangkutan.
4. Resolve Issues quickly
Setiap kali ada issue yang muncul berkaitan dengan penerapan sistem akan dibahas dan diambil solusinya secepat mungkin
5. Investment in Training
Investasi dalam training kepada key user sehingga mereka dapat mengerti
bagaimana menggunakan sistem dengan baik.User dari cabang diakomodasikan
ke Jakarta untuk ditraining.
6. Project Scope
Project Scope yang jelas dan tidak memasang target yang terlalu jauh.
7. Keep it simple & manageable
Tetap fokus pada bisnis proses dan kebutuhan perusahaan. Sebisa mungkin
perusahaan mengikuti best practice dari bisnis proses yang telah ada
pada SAP sehingga tidak perlu melakukan banyak cuztomization.
Benefits After Implementation
Adapun benefit-benefit yang telah didapatkan perusahaan sampai saat ini adalah:
1. Improve allignment operations across departments
User-user di setiap divisi dan cabang menjadi terintegrasi dan dapat
mengakses data secara real time. Dengan adanya integrasi ini maka
pengumpulan data menjadi terpusat dan lebih secure, selain itu akan
lebih mudah mengatur data yang terpusat.
2. Improve productivity
Dengan adanya sistem yang terintegrasi, perusahaan dapat meningkat
produktivitas dengan meningkatkan efisiensi pada saat operasional. User
akan melakukan aktivitas-aktivitas yang diperlukan perusahaan saja,
dengan begini user dapat lebih fokus pada aktivitas yang lebih penting.
3. Improve financial management function
SBO menyediakan data finansial yang terintegrasi sehingga perusahaan
mempunyai control yang penuh terhadap finansial perusahaan. Selain itu,
data finansial yang real time akan membantu pihak manajemen untuk
memonitor performance financial dari perusahaan sehingga dapat mengambil
keputusan-keputusan yang diperlukan pada waktu yang tepat.
4. Simplify & standardize entire order of business process.
Proses bisnis di perusahaan menjadi terstandarisasi dan lebih simpel
dikarenakan penggunaan aplikasi yang sama. Selain itu sistem juga dapat
membantu mengurangi pekerjaan yang menyimpang karena human error dan
kesalahan prosedur
5.Reduced/eliminate paperwork
Pekerjaan dengan sistem manual, menggunakan kertas telah berkurang
drastis, sehingga pekerjaan karyawan menjadi lebih ringan dan mudah.
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulannya diperlukan pemilihan ERP yang tepat sesuai kebutuhan
perusahaan.Dan pemilihan vendor serta koordinasi dan komunikasi antara
kedua belah pihak harus dijalankan dengan baik agar implementasi ERP
dapat berhasil dengan baik.Dalam hal ini, PT. XYZ telah melakukannya
dengan cukup baik.Hal ini bisa dilihat dari keadaan yang lebih baik
setelah implementasi dan tercapainya tujuan-tujuan awal dari pihak
manajemen.
Untuk ke depannya, PT. XYZ mungkin dapat berpikir lebih ke arah
strategic untuk penggunaan sistem ERP ini yaitu dengan meningkatkan
proses bisnis dan service level di dalam perusahaan dengan
mengimplementasikan modul-modul:
1. Sales Opportunities(CRM)
membantu untuk melacak dan menganalisa peluang-peluang yang ada di pasar dan juga menjaga hubungan baik dengan business partner.
2. MRP (Material Requierement Planning)
membantu forecasting untuk perencanaan produksi ataupun proses purchasing sehingga perusahaan dapat lebih efisien.
3. Service
Mengatur interaksi antara bagian customer service dari perusahaan dengan para customer.
2.1.Penerapan SCM pada Perusahaan Exxonmobil
proses dimana produk diciptakan dan disampaikankepada konsumen. Dari sudut struktural, sebuah Supply Chain Management merujukkepadajaringan
yang rumit dari hubungan dimana organisasi mempertahankan dengan
partner bisnisuntuk memperoleh bahan baku, produksi dan menyampaikannya
kepada konsumen
Umumnya di penyediaan (dan jadi target perusahaan terhadap supply chain dept) adalah sbb:
1. nilai gudang seminim mungkin
2. tidak sampai mematikan operasional karena kurang stock atau lamanya supply
3. tidak mengurangi kualitas/standard apabila kita mendapatkan harga optimum dari pihak ketiga
4. harga yang minim ketika berhubungan dengan freight cost (handling
cost) - juga berkaitan dengan mobilitas project pipeline nantinya
dari sisi operator seperti
saya. yang dirasa paling optimum kalau semua itu cost of money nya
minimum. artinya warehouse stock nya hatus ngak ada kalau bisa, tapi
kalau operator perlu harus ada. nah kan pening.
kita harus punya leverege
thd fabrikan , bukan fabrikan yang karena berlindung dlm peraturan,
/ketentuan fabrikan yang unjuk gigi, biasanya kita terima line pipe ex
say argentina atau apa saja (mereka yng belikan atas dasr cost plus )
jadi susahkan bagai mana kita ngasih penjelasan ke londo londo itu.
topik lain bagi operaor , kongsian warehouse kosipa antar operator di
galakan tidak hanya line pipe tapi dari turbine sd sepatu boot, boleh
saling pinjem atau lebih gawat lagi bagaimana kalau material apa saja
boleh disimpan di warehouse nya pabrikan/Vendor kan cost of money nya
zero, misalnya component turbin disimpen di San diego atau de soto kan
engak ada dead stock, ngak usah keluar uang beli material stock kalau
pakai baru bayar.
target perusahaan terhadap supply chain dept adalah sbb:
1. nilai gudang seminim mungkin
2. tidak sampai mematikan operasional karena kurang stock atau lamanya supply
3. tidak mengurangi kualitas/standard apabila kita mendapatkan harga optimum dari pihak ketiga
4. harga yang minim ketika berhubungan dengan freight cost (handling
cost) - juga berkaitan dengan mobilitas project pipeline nantinya (kalau
itu juga yang jadi topik yang ditanyakan)
benang merahnya, dari pertama kali anda mendapatkan nilai dari pihak
ketiga anda untuk supply nya sampai ke tangan user yang membutuhkan
dengan mempertimbangkan segala hal diatas, faktor utamanya yang
mempengaruhi kualitas supply chain anda adalah:
1. level of stock (mempengaruhi working capital)
2. point of supply dari material yang anda butuhkan
3. deliverable time (kaitannya dengan kepentingan waktu pemakaian sampai
dengan impact nya terhadap keseluruhan project accomplishment)
4. cost of deliverable/handling (kaitannya dengan optimum price)
5. material quality level (kaitannya dengan material performance)
6. relationship with the third parties (kaitannya dengan hubungan
company anda dnegan supplier anda baik saat itu maupun saat mendatang)
E-Supply Chain Management
E-Supply Chain Management adalah
suatu konsep manajemen dimana perusahaan berusahamemanfaatkan teknologi
internet untuk mengintegrasikan seluruh mitra kerja perusahaan,terutama
yang berhubungan dengan sistem pemasok bahan baku atau sumber daya
yangdibutuhkan dalam proses produksi. dalam menerapkan e-SCM terdapat 5 tahap penting yang harus dipenuhi, diantaranya:
• Energize the Organization
• Enterprise Vision
• Supply Chain Value Assessment
• Opportunity Identification
• Strategy Decision
dalam merancang e-Supply Chain Management terdapat beberapa
segmen yang harus diperhatikan, segmen tersebut
adalah:
• Customer and Service Management
• Manufacturing and Supply Chain
Planning.
• Supplier Relationship Management.
• Logistic Resource Management
Proses supply chain management bergerak pada 3 pelaku, yaitu pemasok bahan baku,
perusahaan dan konsumen. Penerapan e-SCM dalam perusahaan memerlukan penyesuaian di
dalam
struktur organisasi yang ada. Dilihat dari struktur organisasi terhadap
penerapan e-SCM yang akan dijalankan, PT PRP memiliki semua divisi yang
saling berhubungan serta jelas peran dan tanggung jawabnya untuk setiap
langkah dalam proses bisnis supply chain, yaitu divisi marketing dan administration, finance, PPIC, bahan baku, pembelian, persediaan dan divisi pengiriman.
Nilai
tambah yang akan dibawakan oleh PT PRP untuk pencapaian visi perusahaan
terdiri dari 3 poin utama, yaitu : kualitas barang yang bagus,
pengiriman barang yang tepat waktu serta fokus pada hubungan dengan
pelanggan. Dalam penerapan proses supply chain, PT PRP menemui beberapa masalah dalam proses bisnisnya yang sedang berjalan :
1. Masih terjadi salah pencatatan pemesanan
dari konsumen.
2. Kesalahan dalam pencatatan transaksi
oleh pihak perusahaan, pemasok, konsumen maupun transportir karena sistem masih manual (paper-based) yang diterapkan
System wirehouse
Proses in - out material yang baik, sebaiknya memperhatikan :
. Lay out warehouse
. Racking system
. Jika memungkinkan penggunaan barcode system untuk memudahkan
pengambilan dan penerimaan material, serta penginputan data saat stock
opname.
. Software yang digunakan / WMS (warehouse management system)
Mengenai
OE, sebenarnya OE bukan hal yang rahasia. Dalam beberapa tender, kalau
pihak Bidder meminta, kita bisa men-share berapa nilai OE pada waktu
pre-bid meeting. Yang perlu dijaga adalah competitiveness dari tender
itu sendiri, misalnya: tidak ada arisan antara bidder, proses evaluasi
yang transparan - mis: pada waktu evaluasi teknikal, kriteria penilaian
jelas, apa yg menjadi pass/fail, apa yang termasuk dalam merit system.
Perusahaan Exxonmobil
perusahaan
penghasil dan pengecer minyak yang dibentuk pada 30 November 1999
melalui penggabungan Exxon dan Mobil. ExxonMobil adalah induk perusahaan
Exxon, Mobil dan Esso di seluruh dunia.
ExxonMobil
merupakan perusahaan terbuka yang terbesar di dunia. Keuntungan
operasinya pada 2005 sebesar AS$36,13 miliar (sebuah rekor untuk
perusahaan diperdagangan publik), sedikit lebih kecil dari PDB
Azerbaijan, sedangkan pendapatannya lebih besar dari PDB Arab Saudi.
ExxonMobil berkantor pusat di Irving, Texas.
Supply chain dari exxon
Upaya
kami untuk mengoptimalkan rantai pasokan ExxonMobil berkontribusi
terhadap keberlanjutan dan memberikan nilai tambah bagi pelanggan kami
dan perusahaan.
1. Rail network redesign
Proyek
dalam unit usaha ExxonMobil Chemical poliolefin yang meningkatkan
efisiensi pengiriman kereta api dan menciptakan rantai pasokan yang
lebih berkelanjutan.
Jaringan Optimasi
Pengiriman
langsung dari produk dalam mobil rel meningkat dari 27% pada tahun 2005
menjadi 42% pada tahun 2008. Pendekatan ini mengurangi perjalanan ke
meter penyimpanan kereta api dengan lebih dari 5.000 pada tahun 2007 dan
2008, yang pada gilirannya menurunkan produk jarak yang ditempuh.
Selain itu, peningkatan efisiensi memungkinkan 80 mobil yang akan
diambil dari trek selama periode ini.
· Transportasi produk berkurang hingga 1.000 mil per perjalanan.
· Diesel konsumsi bahan bakar telah berkurang lebih dari 316.000 galon, setara dengan menghapus sekitar 585 mobil dari jalan AS.
Produksi Rebalancing
Produksi
produk polyethylene di pabrik kami di Sarnia, Ontario, Kanada, dan
Beaumont, Texas, dialihkan untuk lebih menyelaraskan dengan lokasi
pelanggan.
· Lebih
dari 144.000 mil per tahun dari perjalanan dan 322 ton metrik carban
dioksida-ekuivalen (CO2e) emisi dihilangkan, yang sama dengan menghapus
sekitar 55 mobil dari jalan.
2. The ‘Rubber Triangle’ project
Khusus
ExxonMobil Elastomer Bisnis (SEB) menerapkan perubahan inovatif untuk
rantai pasokan untuk theVistalon ™ EPDM dan ™ Santoprene TPV lini
produk. Proyek ini mengurangi jumlah truk kontainer yang kosong dan
perjalanan antara fasilitas di Pensacola, Florida, Loxley, Alabama, dan
New Orleans, Louisiana.
SEB
menyadari bahan bakar yang signifikan dan penghematan biaya dengan
menghilangkan penambahan truk routes.In kosong, jarak tempuh total
tahunan dipotong dari hampir 850.000 menjadi sekitar 460.000 mil,
menghemat hampir 76.000 galon bahan bakar dan dengan demikian
menghilangkan hampir 800 ton emisi gas rumah kaca.
Proyek, bernama "Karet Segitiga," memenangkan American Chemistry Council 2.007 Perawatan ® Responsible Energi Efficiency Award.
3. Hopper car optimization
Karena
campuran railcars jumbo dan standar-ukuran dan kapasitas yang
bervariasi, ExxonMobil Chemical poliolefin armada kereta api sulit untuk
memuat efisien di lokasi manufaktur. Untuk memperbaiki masalah ini,
kami meluncurkan upaya optimasi dengan tiga inisiatif utama:
· Sesuai
dengan ukuran armada dengan perencanaan produksi: Ini reorganisasi
memastikan bahwa kiriman digunakan semua railcars jumbo atau berukuran
standar, memungkinkan pencocokan tepat railcars untuk perencanaan
produksi dan memungkinkan armada yang akan dimuat pada kapasitas
keseluruhan yang lebih besar.
· Melaksanakan
loader berputar: Perangkat ini digunakan untuk meningkatkan beban
dengan merata menyebarkan produk ke railcar, menghilangkan hopper ruang
mobil yang tidak terpakai yang sebelumnya ada ketika produk itu dimuat
dan dibentuk menjadi bentuk kerucut.
· Recertify
rute kereta api: Peningkatan muatan mobil hopper mengakibatkan
kebutuhan untuk recertify semua rute. ExxonMobil Chemical bermitra
dengan kereta api untuk memastikan semua rute yang disertifikasi ulang
untuk menangani beban meningkat.
Inisiatif
ini memungkinkan poliolefin untuk meningkatkan kapasitas hopper mobil
payload oleh sekitar 1.500 pound per mobil dan menurunkan konsumsi bahan
bakar sebesar 136.000 galon pada tahun 2008.Penghematan bahan bakar
setara dengan menghilangkan 1.385 juta metrik ton karbon
dioksida-ekuivalen (CO2e) emisi, atau setara dengan menghapus sekitar
254 mobil dari jalan AS.
4. Packaging plastic pellets
Banyak
plastik yang disampaikan dalam bentuk pelet dan diubah oleh pelanggan
menjadi produk yang berguna. Untuk plastik khusus, pelet yang dikemas
dalam kotak tas berlapis dan dikirim dengan truk ke pelanggan.
ExxonMobil
Chemical kembali mengevaluasi kemasan dan pengiriman polimer khusus,
yang memungkinkan transisi dari 500 kilogram (1.100 pon) produk per
kotak untuk 650 kilogram (1.430 pon) - peningkatan 30%. Perubahan ini
menghasilkan pengurangan 23% dalam bahan kemasan.Manfaat lingkungan dari
penghematan ini mencakup pengurangan tahunan dari £ 945.000 dari limbah
padat.
Metode kemasan baru ini juga meningkatkan jumlah produk yang dapat disimpan di gudang, yang menguntungkan lingkungan dengan:
· Menghilangkan sekitar 1.400 mil dari gerakan forklift per tahun
· Menggunakan ruang gudang kurang untuk menyimpan jumlah yang sama dari produk, yang juga menghemat energi
· Membutuhkan pembangunan gudang kurang
Kesimpulan
Jadi Kesimpulan dari pembahasan
di atas, mungkinperusahaan-perusahaan yang berhasil dalam penerapan ERP
mereka itu karena lebihberusaha dan lebihteliti dalam penerapan ERP yang
telah direncanakan.Sedangkan perusahaan yang gagalitu,
karena mereka kurng telitidan menghiraukan suatu hal yang
mereka anggap sepele.Padahalberdampakbesarbagi ERP dan perusahaan tersebut.
SCM
itu sendiri adalah suatu keadaan berjaga-jaga (produkdiciptakandandisimpan)
dimana produkdi ciptakan dan disampaikan kepada konsumen darisudut
structural.Dan
bermaksut mencipta kan banyak produk dan menyimpannya sampai waktu dikeluarkan kepada konsumen itu.
b.
Saran
Bagi perusahaan
yang gagal dalampenerapan ERP nya yang
kurangteliti.perlu lebih telitidalam menjalankan suatu pekerjaan dan lebih memperhatikan segala aspek dalam perencanaan
yang telah dibuat.